KERINCI, TIGASISI.NET - Dinas Sosial Kabupaten Kerinci langsingvbergerak cepat usai mendapat kabar soal Dua Kakak Beradik asal Desa Air Terjun, Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi yang putus sekolah demi merawat orang tuanya dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Kadis Sosial Kabupaten Kerinci Juanda Sasmita yang baru dilantik sepekan lalu mengaku baru mengetahui melalui berita dan laporan warga. "Setelah mendapat informasi, saya langsung meminta kepada staf saya untuk turun langsung kelapangan melihat kondisi, dan sekaligus bantuan tahap awal darurat yakni sembako," ungkapnya.
Berdasarkan laporna staf di lapangan, maka pihaknya akan melakukan tindak lanjut koordinasi lintas OPD. Dijelaskan Juanda bahwa, mereka akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan terkait dengan solusi sekolah dua kakak beradik tersebut.
Selanjutnya, mereka juga akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan terkait BPJS untuk pengobatan orang tuanya dan juga BPJS untuk 2 kakak beradik tersebut. "Tentunya, ini harus penanganan bersama. Semoga secepatnya akan ada hasilnya dan untuk segera ditindak lanjuti," tegasnya.
Ia sangat berharap kepada seluruh masyarakat Kabupaten Kerinci, jika ada kondisi yang demikian segera secepatnya melaporkan ke Kepala Desa. Dan juga, Kepala Desa agar proaktif melaporkan warganya, sehingga Dinas Sosial bisa mendata dan mencari solusi bersama pihak terkait.
Dimana diberitakan sebelumnya bahwa, sungguh pilu yang dialami Dua orang bocah yang merupakan kakak beradik asal Desa Air Terjun, Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Bagaimana tidak, di saat usianya yang baru berumur 11 Tahun seharusnya dikelilingi dunia bermain. Namun, Kakak Beradik ini harus berganti peran menjadi tulang punggung keluarga yakni merawat dan memberi makan orang tuanya yang mengalami gangguan jiwa.
Ia, itulah Haikal (11) dan adiknya Ranzi (9) sejak 5 tahun terakhir, dua bersaudara ini merawat dan menjaga ibunya yang menderita gangguan jiwa. Bahkan, mereka terpaksa putus sekolah lantaran tak memiliki biaya setelah ibunya mengalami depresi sejak 12 tahun lalu. Sementara sang ayah telah meninggalkan 2 bocah tersebut sejak masih bayi.
Menurut keterangan bocah ini, bahwa selama ini segala kebutuhan rumah harus ia siapkan untuk merawat sang ibu yang bernama Upiana (43) di kondisi rumah yang jauh dari kata layak.
Mereka pun kerap membantu tetangganya menjemur kulit kayu manis dan mengutip sisa kulit kayu manis yang telah dibuang, untuk dijual kembali demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Belas kasihan warga menjadi harapan mereka agar bisa makan, jika seharian tidak memiliki beras untuk dimasak, maka mereka harus memakan ubi yang direbus. "Sudah biasa bang, yang penting ibu bisa makan dan kami tidak kelaparan," ujar sang kakak dengan air mata berlinang.
Bukan itu saja, bahkan lebih parah lagi kondisi keduanya terpaksa putus sekolah karena sering dihina teman satu sekolahnya. Lantaran anak dari ibu yang ODGJ dan tidak memiliki seragam sekolah serta uang jajan.
Menjalani kehidupan tak seperti bocah pada umumnya, Haikal dan adiknya tetap tegar dan penuh cinta melayani sang ibunda, mulai dari membersihkan rumah, memasak dan memberikan makan Ibunya.
Menurut keterangan tetangga, selama ini Haikal dan sang ibu bersama adiknya tinggal dengan menempati rumah peninggalan neneknya. Mereka pun hanya menerima bantuan BLT dari Pemerintah Desa dan belum pernah menerima bantuan apapun dari Pemerintah Daerah.
Ia sangat berharap sekali, agar adanya orang dermawan yang membantu pengobatan orang tuanya agar bisa sembuh dengan cepat sehingga ia bersama adiknya bisa bersekolah kembali mewujudkan cita-cita membahagiakan orang tuanya.
Pewarta:Yudi